Bonne Année!

Hmm…
Setelah makan malam penuh nikmat,
--di atas kursi baru
di tepi jendela besar apartemen kuno
warisan almarhum kakekmu ini
dan rangkaian bunga kuning dari ibumu-- …
[Tak percuma kita antri membeli cake coklat manis, meski bukan di toko Flo
Tak percuma kita berhasil peroleh paté angsa di minimart Champion
dan tak percuma aku memasaknya dengan bumbu improvisasi (kubayangkan bistik lidah sapi a la ibuku)
Tak percuma kita bolak-balik pilih vin merah terbaik dan termurah dari Bourdeaux
Tak percuma kita berbelanja hari ini
sambil menggotong kursi-kursi baru hadiah ibumu
dari toko di pusat kota hingga ke apartemen]
Penghujung akhir tahun 2002 tinggal 3 jam lagi
Kita pun bergegas
Sepatu boots coklat muda suede darimu
sibuk membungkus kakiku
Tak lupa pullover tebal, penutup kepala
dan sarung tangan
kusambar segera bersama manteau panjang ibu tirimu
Bersama metro kita berhenti di Palais-Royal-Musee-du-Louvre,
berjalan kaki lewati Carrousel,
gerbang penuh sejarah,
lalu masuk ke Jardin-de-Tuileries,
belok kanan ke jalan Rivolli,
searus bersama orang-orang kaya dalam baju hangat penuh bulu dan wajah molek tertata berkelas,
kita mampir sejenak di sebuah café untuk hangatkan diri dalam dua cangkir kecil cappuccino
sekaligus pipis gratis.
Kurang satu setengah jam lagi waktu 2002 akan habis
Au revoir madame et monsieur…,”
salam si bartender penuh senyum hangat.
Kembali kita berjalan menyemut bersama
para pejalan kaki makin ramai menyusuri jalanan menuju satu arah yang sama.
Plaza-de-La-Concorde bagai stadion sepakbola,
penuh manusia.
Tamu-tamu di Hôtel-de-Ritz mulai keluar
dalam jubah mewah.
Kakiku mulai lelah.
Suara-suara makin riuh dalam berbagai bahasa,
Wajah-wajah seluruh dunia ada di sini.
Langkah kita telah menapaki jalan raya super lebar Champs-Elysées,
Arc-de-Triomphe tampak berkilau megah di ujung sana, dan di kejauhan sebelah kiri kulihat La-Tour-Eiffel seperti rangka kristal penuh warna dan keemasan.
Tak ada pagelaran dangdut di sini
Orang hanya sekedar berjalan dan bersukaria sendiri
Satu menit menjelang 2003, massa mulai menghitung
Lalu….
Bonne Année!!!…” teriak beberapa orang bergembira
setiap pasangan saling berciuman,
setiap kelompok saling berpelukan,
gelas-gelas wiski mulai dikeluarkan
dari kantung jubah manteau beberapa orang,
botol-botol champagne, whisky dan anggur mulai dibuka dihirup, saling toast dan berharap indah di tahun baru.
Kita berhenti di bundaran FD Roosevelt,
beberapa gadis berteriak penuh ceria
sambil membuka baju hangat mereka
serta memperlihatkan tubuh mulusnya
dalam baju tipis dan minim,
kembang api bernyala-nyala di langit-langit kota,
seiring bara semangat orang-orang
di malam yang sangat dingin ini,
sekelompok perempuan berbusana bulu binatang bersukaria,
seorang pemuda pipis di sebuah bangku taman,
gelas-gelas anggur pecah berdentingan,
pengemis jalanan meminta-minta,
aku terpaku lelah dan menggigil melihat keramaian ini,
“Selamat Tahun Baru, Sayangku,” katamu.
Ciumanmu menghangatkanku.
Inilah atraksi terbaik malam ini bagiku.
Tanganmu segera meraihku mengajak pulang,
aku pun setuju
dan kita pun terseret lagi dalam arus massa
berbondong-bondong menyemut
di gorong-gorong stasiun metro,
penuh teriakan ‘s’il vous plait’ dan ‘pardonez
Sepasang sejoli bagai yin dan yang berpandang mesra
Pria hitam legam berbibir super tebal tersipu
Gadisnya bergelayut manja melihatnya penuh puja
Bagai sesosok putri salju cantik putih berseri
Bersama pangeran impiannya yang membangunkannya
Bibir merah indah mata biru cerah cinta merekah
Oh, haru menjalari warna kulitku
Putih-hitam-kuning-merah-sawo matang, apa pun
Tak beda
Kulihat sosok jangkungmu menempel di sisiku
darah Perancis-Yahudi menjadikanmu berkulit pucat
menyatu mengalirkan cinta dalam kulit sawo matangku dan mata sipitku
Tahun baru 2003 menyambutku dalam antrian panjang dan berdesakan ke sebuah metro,
berebutan dan tak ada kursi duduk untukku.
Yang ada hanya segerombolan pemuda bergaya punk penuh warna dan aneka bentuk
Mereka berteriak-teriak “Bonne Année!!! Bonne Année!!! Bonne Année!!!…” berkali-kali
seperti kumpulan teroris dan demonstran radikal
Rambut kipasnya yang kaku berwarna merah muda
seolah menusuk-nusuk daun telingaku,
duri-duri logam di permukaan bajunya
bagai menyentuh kulit lenganku.
Bibir birunya menyerupai pangeran Dracula
tengah menanti mangsa di sepanjang lorong gerbong.
Kereta bergerak membawa kita
semakin masuki tahun 2003
dari detik ke detik,
menit ke menit,
jam ke jam,
dari satu titik ke titik lain,
satu persinggahan ke persinggahan lain,
dari satu stasiun ke stasiun lain
satu cinta ke cinta lain
Waktu telah semakin banyak kita lalui,
namun belum juga berhenti.
Bonne Année!


Clemenceau, 2003

No comments: